Menghadirkan Hati Dalam Shalat


Ibnul Qayyim – rahimahullah – menguraikan wasiat Nabi Yahya bin Zakariya – ‘alaihimassalam – yang berbunyi :

وآمركم بالصلاة، فإذا صليتم، فلا تلتفتوا فإن الله ينصب وجهه لوجه عبده في صلاته ما لم يلتفت , رواه البخاري

Artinya:

Dan aku memerintahkan kamu untuk shalat, jika kamu shalat maka janganlah kamu berpaling (menoleh) karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya kewajah hamba tersebut dalam shalat selama dia tidak berpaling”. HR. Bukhari.

Beliau (Ibnul Qayyim) berkata : Berpaling ( iltifat ) yang dilarang dalam shalat ada dua macam :

Pertama : Berpalingnya hati dari Allah - azza wa jalla – kepada selain-Nya.

Kedua : Berpalingnya pandangan mata.

Kedua-duanya dilarang dalam shalat. Allah senantiasa menghadap ke hamba-Nya selama hamba tersebut menghadap kepada-Nya, maka tatkala dia berpaling dengan hati ataupun pandangannya, maka Allah pun akan berpaling darinya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang iltifat (berpaling)nya seorang laki-laki dalam shalat, maka beliau bersabda :

اختلاس يختلسه الشيطان من صلاة العبد . رواه البخاري

Artinya :

( iltifat ) merupakan pencurian yang dilakukan oleh syetan dalam shalat seseorang. ( HR. Bukhari ).

Dalam sebuah atsar disebutkan, Allah Subhanahu wata’ala berfirman (dalam hadits qudsi) : (apakah kamu berpaling) kepada yang lebih baik dari-Ku... ? kepada yang lebih baik dari-Ku?.

Perumpamaan orang yang berpaling (iltifat) dalam shalatnya dengan pandangan ataupun hati sama seperti orang yang dipanggil oleh penguasa, kemudian dia berdiri di hadapan penguasa tersebut dan berbicara dengannya, ketika sedang berbicara orang tersebut menoleh (berpaling) ke kiri dan ke kanan, hatinya tidak sedang bersama penguasa tersebut sehingga dia tidak paham apa yang dibicarakan. Kira-kira tindakan apa yang akan dilakukan oleh penguasa tersebut menghadapi laki-laki ini?. Paling tidak penguasa tadi akan pergi meniggalkannya dalam keadaan marah, dan harga diri laki-laki tadi menjadi hilang di hadapan penguasa tersebut.

Tidaklah sama nilainya orang yang shalat seperti itu dengan orang yang shalat dengan hati yang hadir (khusu’) menghadap Allah Subhanahu wata’ala, hatinya diselimuti dengan pengagungan kepada Allah ketika dia berdiri di hadapan-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa sungkan dan tunduk kepada Allah, dia malu kepada Allah ketika berpaling kepada selain-Nya. Sungguh sangat jauh perbedaan diantara shalat kedua orang tersebut sebagaimana dikatakan oleh Hassan bin ‘Athiyah.1)

Beliau ( Hassan bin ‘Athiyah ) mengatakan : Dua orang laki-laki bisa saja sama-sama melakukan shalat, tetapi nilai keduanya sangat jauh berbeda sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, ini disebabkan karena salah seorang diantara mereka shalat dengan hati yang khusu’ menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, sementara hati yang satunya lagi lupa dan lalai. Seseorang apabila menghadap makhluk lain dan diantara mereka ada hijab ( penghalang ) maka itu tidaklah dinamakan menghadapnya, dan juga tidak dikatakan mendekatinya, apalagi kalau itu dilakukan pada Pencipta ( Allah ) ‘Azza wa Jalla. Apabila seseorang menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla sementara antara dia dan Allah terdapat penghalang berupa hawa nafsu dan was-was (godaan), jiwanya sibuk dan penuh dengan hawa nafsu dan was-was tersebut, bagaimana mungkin itu dikatakan menghadap ( Allah ) padahal dia dipermainkan oleh godaan dan bermacam fikiran yang membawanya kesana kemari.

Seorang hamba apabila sudah berdiri untuk shalat, maka syetan akan gelisah karena dia berdiri di tempat yang paling mulia dan paling dekat ( kepada Allah ) yang sangat tidak disukai syetan. Makanya syetan berusaha semaksimal mungkin untuk menghalanginya, dia senantiasa menggoda hamba tersebut, membuatnya berangan-angan, dan lupa. Syetan akan berusaha mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya untuk menjadikan hamba tadi menganggap enteng shalat tersebut, sehingga akhirnya dia meninggalkannya.

Kalau dia ( syetan tersebut ) gagal dalam usahanya, maka dia akan berusaha menjadi penghalang bagi hamba tersebut dalam shalat, menjadi penghalang dalam hatinya, dia mengingatkan hamba tersebut dalam shalat dengan berbagai macam persoalan yang terlupakan sebelum shalat. Bisa jadi hamba tadi lupa sesuatu hal, atau lupa sesuatu yang sangat penting yang membuat dia telah putus asa, maka syetan datang mengingatkannya ketika dia sedang shalat, sehingga hatinya menjadi sibuk, tidak lagi menghadap Allah, maka diapun ( hamba tadi ) berdiri di hadapan Allah tidak dengan hatinya. Dia tidak akan mendapatkan kemuliaan dan kedekatan dari Allah sebagaimana yang didapatkan oleh orang yang melakukan shalat dengan sepenuh hati. Shalat bisa menghapuskan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan kalau dikerjakan dengan sempurna, khusu’ dan berdiri di hadapan Allah dengan sepenuh hati.

Ketika seseorang sudah bisa menghindari godaan syetan tadi, maka dia akan merasakan keringanan dalam dirinya, seolah-oleh dia telah meletakkan beban berat yang dipikulnya, dia akan merasakan semangat dan ketenangan sehingga dia berharap untuk tidak selesai dari shalat tersebut, karena shalat itu sudah menjadi harapannya, kenikmatan jiwanya, sorga hatinya dan tempat peristirahatannya dari kesibukan dunia. Dia akan merasakan dirinya dalam penjara dan kesempitan sehingga dia melaksanakan shalat, dia menjadi tentram dengan shalat tersebut. Orang-orang yang cinta dengan shalat akan mengatakan : mari kita shalat sehingga kita bisa merasakan ketentraman dengan shalat tersebut, sebagaimana dikatakan oleh panutan dan Nabi mereka :

يا بلال أرحنا بالصلاة

wahai Bilal, tentramkanlah kami dengan Shalat ”. (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Bani ).

Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak mengatakan : Tentramkan kami dengan menjauhkan shalat tersebut dari kami.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

جُعلت قرة عيني في الصلاة

Ketentramanku diciptakan dalam shalat ” . (HR. Ahmad dan disahihkan oleh al-Bani)

Kalau ketentraman itu diciptakan di dalam shalat, bagaimana mungkin dia bisa tentram tanpa shalat tersebut ? Bagaimana mungkin dia sanggup meninggalkannya?. Shalat orang yang menghadirkan hatinya inilah yang akan naik ( menuju Allah ), shalat itulah yang punya cahaya dan bukti, sehingga diterima oleh Allah ‘azza wa jalla. Shalat itu akan bicara : Allah akan menjagamu sebagaimana kamu menjagaku.

Adapun shalat orang yang lalai, tidak melaksanakannya sebagaimana mestinya dan tidak khusu’ di dalamnya, maka shalat itu akan dilipat sebagaimana dilipatnya kain yang sudah lusuh dan dipukulkan kepada orang tersebut, kemudian dia berkata : Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar – radiyallahu ‘anhuma – berkata : Tidaklah seorang mukmin menyempurnakan wudhu’nya kemudian dia melaksanakan shalat pada waktunya, dia laksanakan dengan ikhlas kepada Allah, tanpa ada kekurangan pada waktunya, rukuknya, sujudnya dan sunnah-sunnahnya melainkan dia akan mendapatkan cahanya antara barat dan timur sampai akhirnya berakhir di sisi Allah ‘azza wajalla. Dan siapa saja yang melaksanakan shalat, dia tidak menyempurnakan wudhu’nya, mengakhirkan waktunya, tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan sunnah-sunnahnya maka diangkatkan darinya benda hitam gelap dan langsung mengatakan kepadanya : Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku... Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku... (Haditsnya Lemah/Dha’if ).

Shalat dan amalan yang maqbul (yang akan diterima Allah) adalah apabila dilakukan dengan cara yang sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wajalla, kalau shalat tersebut dilakukan dengan benar dan pantas maka pasti akan diterima.


Amalan yang Maqbul (diterima di sisi Allah) ada dua macam :

Pertama : Shalat dan amalan lainnya yang dilakukan seorang hamba dengan sepenuh hati kepada Allah ‘azza wajalla, ia senantiasa ingat (zikir) kepada Allah ‘azza wajalla. Maka amalan ini akan dibawa kehadapan Allah, diletakkan di depan-NYa, kemudian Allah memandang amalan tersebut, kalau Allah melihat amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas mengharapkan ridha-Nya, timbul dari hati yang selamat (bersih), ikhlas dan cinta serta bertaqarrub kepada-Nya, maka Allah akan mencintai amalan tersebut, meridhainya dan menerimanya.

Kedua : amalan yang dilakukan karena sekedar kebiasaan dan dilakukan dengan lalai, meskipun niatnya untuk ketaatan dan taqarrub kepada Allah, anggota tubuhnya melakukan gerakan-gerakan ketaatan, tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah. Ketika amalan tersebut diangkat menghadap Allah, dia tidak diletakkan di hadapan-Nya, dan Allah tidak memperhatikannya, tapi amalan tersebut langsung di letakkan di tempat catatan amal, sehingga nanti ditampilkan pada hari kiamat. Allah akan memberikan balasan sesuai dengan bagian yang dikerjakan karena mengharapkan ridha-Nya, sementara yang dikerjakan bukan karena mengharapkan ridha-Nya akan ditolak. Itulah bentuk penerimaan-Nya terhadap amalan ini. Balasan yang akan diberikan untuk amalan seperti ini adalah berupa ciptaan-Nya seperti istana (di sorga), makanan, minuman dan bidadari.

Adapun balasan untuk yang pertama tadi maka Allah ridha dengan amalan tersebut, ridha dengan cara hamba tersebut melakukannya, ridha dengan taqarrub yang dilakukannya, Allah akan meninggikan derajat dan tempatnya, yang diberikan tanpa dihitung lagi. Jadi ada perbedaan antara amalan pertama dan kedua.


Manusia dalam melaksanakan shalat dikelompokkan menjadi lima tingkatan:

Pertama : tingkatan orang-orang yang zhalim terhadap dirinya, yaitu orang-orang yang tidak menyempurnakan wudhu’nya, waktunya, batasan-batasannya dan rukun-rukunnya.

Kedua : orang yang menjaga waktu shalatnya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya dan wudhu’nya, tetapi dia tidak berusaha melepaskan dirinya dari godaan, sehingga dia hanyut dalam godaan dan berbagai macam fikiran yang timbul.

Ketiga : orang yang menjaga batasan-batasan shalat, rukun-rukunnya dan berusaha untuk melawan godaan dan pemikiran yang muncul, akhirnya dia larut dalam usaha melawan syetan supaya tidak mencuri shalatnya, maka berarti dia berada dalam shalat dan jihad.

Keempat : orang yang melaksanakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun dan batasan-batasannya, hatinya larut menjaga batasan-batasan dan hak-hak shalat tersebut sehingga tidak ada yang luput, semua perhatiannya tercurah untuk mendirikan dan menyempurnakan shalat sebagaimana mestinya , berarti hatinya larut dalam shalat dan beribadah kepada Allah tabaaraka wata’ala.

Kelima : orang yang melaksanakan shalat seperti tingkatan ke empat tadi, ditambah lagi dia meletakkan hatinya sepenuhnya di hadapan Allah ‘azza wajalla, dia melihat kepada Allah dengan hatinya dan mengawasi-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan pengagungan kepada Allah, seolah-olah dia melihat dan menyaksikan-Nya. Godaan-godaan sudah hilang darinya, sudah tidak ada lagi godaan yang jadi penghalang antara dia dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini dibanding dengan yang lainnya jelas lebih utama sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, karena dia dalam shalatnya sibuk dengan Tuhannya ‘azza wajalla, dia tentram bersama-Nya.

Orang-orang di tingkat pertama akan mendapat ‘iqab, yang kedua akan dihisab, yang ketiga (shalatnya) jadi penghapus dosa-dosanya, yang ke empat mendapatkan balasan dan yang kelima menjadi orang yang akan di dekatkan kepada Allah, karena dia menjadikan ketentraman bersama Allah dalam shalatnya. Siapa saja yang tentram hatinya dengan shalat di dunia ini, maka dia akan tentram juga di akhirat karena dekat dengan Allah. Orang yang tentram hatinya bersama Allah di dunia, maka hati-hati yang lainpun akan merasa tentram karenanya, sedangkan orang yang tidak tentram hatinya bersama Allah maka jiwanya akan terpecah belah mengikuti dunia dengan penuh kerugian.

Diriwayatkan bahwa seorang hamba tatkala berdiri untuk melaksanakan shalat maka Allah ‘azza wajalla berfirman : angkat hijab ( pembatas ) antara Aku dengan hamba-Ku, namun tatkala ia berpaling maka Allah berfirman: turunkan hijab ( kembali ). Berpaling (iltifat) di sini ditafsirkan dengan berpalingnya hati orang tersebut dari Allah ‘azza wajalla kepada selain-Nya, maka ketika dia berpaling kepada selain-Nya diturunkanlah hijab antara Dia dan hamba-Nya, ketika itulah syaitan datang dengan urusan dunia, dia memperlihatkan kepada orang tersebut godaan dunia di cermin (sehingga kelihatan nyata). Jadi ketika seorang hamba menghadap Allah dengan hatinya dan dia tidak berpaling, maka syetan tidak sanggup menghalangi antara hati tersebut dan Allah, syetan hanya akan masuk ketika ada hijab. Ketika hamba tersebut kembali kepada Allah dan menghadirkan hatinya maka syetan akan lari, jika dia berpaling lagi (dari Allah) maka syetan akan datang. Demikian seterusnya antara hamba dan syetan selama dalam shalat.

Manusia hanya akan sanggup untuk menghadirkan hatinya dalam shalat dan menyibukkan hati tersebut dalam shalat bersama dengan Tuhannya ketika dia bisa menguasai syahwat dan hawa nafsunya, kalau tidak maka hatinya akan dikuasai oleh syahwat dan dipenjara oleh nafsu, ketika itulah syetan mendapatkan tempat untuk duduk dengan nyaman di dalamnya sehingga dengan mudah dia menggoda dengan was-was dan berbagai macam fikiran ( dunia ).


Hati manusia ada tiga macam :

Pertama : hati yang kosong dari keimanan dan kebaikan, ini adalah hati yang sudah hitam penuh dengan kegelapan, syetan dengan tenang bisa menggodanya, karena dia telah mendapatkan tempat yang nyaman untuk rumah tempat tinggalnya, sehingga dia bisa berbuat sekehendaknya dengan sangat leluasa.

Kedua : hati yang mendapat cahaya keimanan dan menyalakan lampu didalamnya, tapi masih ada bekas-bekas kegelapan syahwat dan gelombang hawa nafsu di dalamnya, maka di sini syetan mondar-mandir tergantung situasi, di sinilah terjadi perang antara hati dan syetan. Kondisinya berbeda antara seorang hamba dengan yang lainnya tergantung porsi kegelapan tersebut, ada orang yang waktu kemenangannya lebih banyak dibanding kekalahannya, dan sebaliknya ada juga orang yang waktu kekalahannya lebih banyak dibanding waktu kemenangannya, dan ada juga yang seimbang.

Ketiga : hati yang sudah dipenuhi dengan keimanan, diterangi dengan cahayanya, tirai syahwat telah menjauh dari dirinya, kegelapan sudah pergi meninggalkannya, cahaya di dalam hatinya bersinar cemerlang, sehingga ketika ada godaan syahwat yang datang maka dia (godaan tersebut) akan langsung terbakar, dia ibaratkan langit yang dijaga dengan bintang-bintang, ketika ada syetan yang mendekat akan langsung dilemparnya hingga terbakar.

Semoga Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

1 ( Ibnu Hibban menyebutkan dalam Masyahir Atba’it tabi’in bisy syam bahwa Hassan bin ‘Athiyah termasuk ulama yang paling mulia di zamannya, dari segi keterpercayaannya (ke tsiqahannya ), keprofesionalannya, keutamaan dan kebaikannya. Lihat kitab Masyahir Ulama al-amshar nomor 1433. Atsar ini diriwayatkan oleh Abdullah bin al-Mubarak dalam kitab Az-Zuhdu wa ar-Raqaaiq

Subscribe to receive free email updates:

Faedah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah tentang Terorisme, Demokrasi, Daulah Islamiyyah, Wahabisme, Jihad Islam, Solusi, Golongan yang Selamat dan Penjelasan tentang apa itu Salafi/salafy.

Terorisme

  1. Baca Tempatmu Sebelum Engkau Meledakkan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaary
  2. Terorisme dalam Timbangan Syariat Islam, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  3. Membongkar Teroris Berkedok Islam, oleh Syaikh Musa alu Nasr
  4. Islam Membawa Kedamaian Bukan Teror, oleh Ustadz Dzkulkarnain
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah Ahlus Sunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Islam Anti Teroris, oleh Ustadz Abu Qotadah
  7. Hukum Bom Bunuh Diri, oleh Ustadz Badrusalam
  8. Islam bukan Teroris, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  9. Jihad dan Terorisme, oleh Markaz Albani
  10. Neo Khawarij, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  11. Terorisme dan Jihad, oleh Ustadz Abu Haidar
  12. Membongkar Akar Kesesatan Teroris, oleh Ustadz Abdurahman Thoyyib
  13. Tanya Jawab Tentang Terorisme, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  14. Apakah Teroris dan Bom Bunuh diri Itu Termasuk Dosa Besar, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Jihad

  1. Apa Makna Jihad dan Apakah Menafkahi Keluarga Termasuk Jihad? oleh Ustadz Zainal Abidin
  2. Kedudukan Jihad, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Hukum dan Kaidah Jihad, oleh Ustadz Ali Musri
  4. Meluruskan Pemahaman Jihad, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Wahabisme

  1. Apa itu Wahabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Sejarah Wahhabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Meluruskan Sejarah Wahhabi oleh Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawy
  4. Apa Itu Wahabi, oleh Ustadz Dr. Ali Musri, MA
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah AhlusSunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Pro Kontra Dakwah Wahhabi, oleh Ustadz Badrusalam
  7. E-Book The Wahhabi Myth – Menyingkap Mitos Wahhabi, Penulis : Haneef James Oliver

Demokrasi dan Daulah Islamiyyah

  1. Hukum Demokrasi dan Seputar Daulah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  2. Haruskah tinggalkan Demokrasi, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Masalah Pemilu oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
  4. Manhaj Ahlussunnah Dalam Berinteraksi Dengan Penguasa, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Solusi Untuk Kejayaan Ummat

  1. Meraih Kembali Kejayaan Islam, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Menyongsong Kejayaan Ummat Islam, oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Solusi Menghadapi Fitnah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  4. Jalan Meraih Kemuliaan, oleh Ustadz Abu Haidar
  5. Tasfiyah Wa Tarbiyah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Jalan Kebenaran Hanyalah Satu

  1. Jalan Golongan yang Selamat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Golongan Selamat (Firqotun Najiyah), oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Hanya yang Mengikuti Jalan Hidup Nabi dan Sahabat yang Benar, Merekalah yang Pantas Masuk Surga, oleh Ustadz Abdul Haq

Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Golongan yang Mendapat Pertolongan

  1. Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Aqidah Ahlussunnah & Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Pengertian dan Makna As Sunnah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Gigitlah Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  5. Hakikat Manhaj Ahlussunnah Wal Jamah, oleh Ustadz Firdaus Sanusi
  6. Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  7. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  8. Karakteristik Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Arif Syarifuddin

Apa itu Salafi/Salaf/Salafy

  1. Salaf itu Apa ? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  2. Arti salaf dan kewajiban mengikutinya, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Apakah salafi golongan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  4. 6 Pilar Dakwah Salafiyah, oleh Ustadz Abu Qotadah
  5. Mengapa Memilih Manhaj Salaf oleh Ustadz Aunur Rafiq
  6. Mengapa Harus Manhaj Salaf, oleh Ustadz Abu Haidar
  7. Mengenal Salafiyyah Dari Dekat, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  8. Benarkah Salafiyiin itu Anti Persatuan, oleh Ustadz Yazid Jawas
  9. Apa yang Dimaksud Salafiyah itu Bagaimana ciri-cirinya dan Wajibkah Mengikutinya
  10. Buku Putih Dakwah Salafiah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  11. Manhaj Salaf oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  12. Membantah Tuduhan Terhadap Subhat Salaf, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  13. Syubhat Buku Beda Salaf dengan Salafy, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Pengajian Agama untuk Pemula

Ceramah-ceramah MP3 pendidikan agama Islam yang berguna bagi pemula yang ingin mendalami Agama Islam secara benar sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

Tauhid – Aqidah

  1. Apa Itu Islam, Iman dan Ihsan, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Kalimat Tauhid La Illaha Illallah, Ustadz Abdurrahman Thayyib
  3. Tauhid Pemula, Ustadz Agus Hasan Bashori
  4. Makna Syahadat, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  5. Dasar – Dasar Aqidah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  6. Cara Mudah Memahami Tauhid, oleh Ustadz Abu Qatadah
  7. Kiat Ikhlas, oleh Ustadz Abdullah Taslim, MA
  8. Dimana Allah? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  9. Tiga Landasan Utama, oleh Ustadz Yazid Jawas
  10. Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Keimanan

  1. Cabang-Cabang Keimanan, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  2. Iman Bertambah dan Berkurang, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Zainal Abidin Syamsudin
  4. Mencintai Keimanan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaari
  5. Mengamalkan Rukun Islam dan Iman, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  6. Pembatal Keimanan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  7. Sebab-sebab Naik dan Turunnya Keimanan seorang Hamba, oleh Ustadz Abu Qotadah
  8. Sebab-Sebab Turunnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  9. Sebab-Sebab Bertambahnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  10. Terapi Mengatasi Lemah Iman, oleh Ustadz Abu Haidar

Rukun Iman

  1. Penjelasan Rukun Iman, oleh Ustadz Abu Haidar
  2. Iman Kepada Allah, Ustadz Yazid Jawas
  3. Iman Kepada Allah dan Hikmahnya, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Iman Kepada para Rosul, oleh Ustadz Yazid Jawas
  5. Iman Kepada Malaikat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  6. Iman kepada Hari Akhir, oleh Ustadz Yazid Jawas
  7. Iman Kepada Hari Kiamat, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  8. Iman Kepada Takdir Yang Baik dan Buruk, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  9. Iman Kepada Takdir, oleh Ustadz Abu Haidar
  10. Rukun Iman (Syarah Ushul Iman), oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Sunnah

  1. Adab Menjaga Sunnah, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaa’ah, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  3. Nikmatnya Belajar Ilmu Sunnah, oleh Ustadz Abdullah Taslim

Fiqih

  1. Perlukah Kita Bermadzhab? oleh Ustadz Musyaffa’ Ad-Dariny
  2. Sifat Wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Abu Qotadah
  3. Sifat Sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Dzulkarnaen

Pentingnya Ilmu Agama

  1. Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  2. Keutamaan Mempelajari Ilmu Agama, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Keutamaan Ilmu, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  4. Bingkisan Bagi Perindu Surga, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  5. Indahnya Taman Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  6. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  7. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  8. Keutamaan Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya, oleh Ustadz Abu Haidar
  9. Kobarkan Semangat Menuntut Ilmu di Hatimu, oleh Ustadz Abu Isa
  10. Ilmu, oleh Ustadz Abu Haidar
  11. Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  12. Adab Menuntut Ilmu, oleh Abdurahman Thayib
  13. Adab-adab Dalam Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Muhammad Nur Ihsan
  14. Ciri-Ciri Ilmu yg Bermanfaat, oleh Ustadz Abu Ihsan al-Atsary
  15. Ilmu & Dajjal, oleh Ustadz Armen Halim Naro
  16. Faedah 6 Syarat Memperoleh Ilmu, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  17. Ilmu Syari Penangkal Aliran Sesat, oleh Ustadz Ali Nur
  18. Ilmu, Amal, Dakwah & Istiqomah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  19. Islam Dibangun Diatas Ilmu, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  20. Jangan Bosan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  21. Keagungan Ilmu dan Alquran, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  22. Keutamaan Dakwah diatas Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  23. Nasihat Bagi Penuntut Ilmu dan Pemuda, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  24. Pentingnya Mengamalkan Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja

Takdir

  1. Beriman dengan Takdir Allah, oleh Ustadz Abdurahman Thayyib
  2. Iman Kapada Takdir, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr

Dosa dan Maksiat

  1. Dosa dan Dampak Negatifnya, oleh Ustadz Abu Umar Basyier
  2. Dosa-dosa besar, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Kiat-kiat menjaga diri dari gangguan syaitan, oleh Ustadz Arman Bin Amri

Muamalah

  1. Arti dan Konsekuensi Amanat, oleh Ustadz Agus Hasan Bashori
  2. Menggapai Surga dengan Akhlaq Mulia, oleh Ustadz Abu Qatadah

Kehidupan Akhirat

  1. Dzikrul Maut (mengingat kematian), oleh Ustadz Qurtifa Wijaya
  2. Rintangan setelah kematian, oleh Ustadz Zaenal Abidin Syamsudin
  3. Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka, oleh Ustadz Yazid Jawas