Aqidah Syi'ah Mencela Sahabat = Mencela Qur'an = Mencela Hadits = Mencela Allah = Mencela Nabi = Mencela Ahlul Bait

Mencela, melaknat dan mengkafirkan para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ibadah yang sangat mulia di sisi kaum yang beragama Syi'ah. Kalau dahulu mereka bertaqiyah (baca berdusta) menyembunyikan aqidah busuk mereka terhadap para sahabat, akan tetapi kebusukan mereka itu terungkap juga, bahkan mulai banyak dari tokoh-tokoh mereka yang terang-terangan mencaci maki dan melaknat para sahabat, (silahkan baca kembali http://www.firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/65-bau-busuk-syiah-akhirnya-tercium-juga, lihat juga tulisan al-akh al-kariim al-Ustadz Abul Jauzaa' di http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/01/syiah-itu-sesat-juragan-sebuah-masukan.html)
'Aaamir bin Syarahbil As-Sya'bi rahimahullah (salah seorang imam dari para tabi'in yang bertemu dengan sekitar 500 sahabat, dan beliau wafat tahun 103 H) berkata:


وَفَضُلَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى عَلَى الرَّافِضَةِ بِخَصْلَتَيْنِ : سُئِلَتِ الْيَهُوْدُ مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوا : أَصْحَابُ مَوْسَى، وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ، وَسُئِلَتِ النَّصَارَى : مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : حَوَارِيُّ عِيسَى، وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : حَوَارِيُّ مُحَمَّدٍ، أُمِرُوا بِالاِسْتِغْفَارِ لَهُمْ فَسَبُّوْهُمْ

"Kaum Yahudi dan Nashoro lebih mulia dari pada kaum syi'ah dari dua sisi. (*Pertama :) Kaum yahudi ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para sahabat Musa". Dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah kaum terburuk dari umat kalian?", mereka menjawab, "Para sahabat Muhammad". Dan kaum Nashooro ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para pengikut setia 'Isa", dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah dari umat kalian yang terburuk?", mereka menjawab, "Para pengikut (sahabat) setia Muhammad".(*Kedua :) Mereka (kaum Rofidhoh) diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi para sahabat malah mereka mencela para sahabat" (*berbeda dengan kaum yahudi dan nashoro yang malah memuji dan mendoakan para sahabat Musa dan sahabat Isa-pent) (Syarh Ushuul I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah, karya Al-Laalikaai hal 1462-1463, dinukil juga oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya pada tafsir surat Al-Hasyr ayat 10)
Asy-Sya'bi mengisyaratkan firman Allah
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٠)

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"
 (QS Al-Hasyr : 10).


Sesungguhnya konsekuensi dari mencela dan melaknat para sahabat serta meyakini bahwa mayoritas mereka telah kafir sangatlah berbahaya, diantaranya:


PERTAMA : Melazimkan timbulnya keraguan terhadap Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena para sahabatlah yang telah meriwayatkan kepada kita Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Jika ternyata para perawinya adalah orang-orang fasik, terlaknat, bahkan murtad maka tentunya sangat diragukan kebenaran apa yang mereka riwayatkan, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karenanya mereka berkeyakinan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam Al-Qur'an, diselewengkan oleh para sahabat !!!


KEDUA :  Keyakinan ini melazimkan bahwa umat ini adalah umat yang terburuk yang Allah keluarkan bagi manusia. Karena nenek moyang mereka (yaitu para sahabat) adalah orang-orang murtad, sehingga kita sekarang telah mengambil agama kita dari ajaran kaum murtad. Padahal Allah telah berfirman tentang para sahabat :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia"
 (Qs Ali Imron : 110)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menekankan hal ini dalam sabdanya;

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat)"
 (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)


KETIGA : Konsekuensi dari keyakinan busuk ini adalah mencela Allah. Karena keyakinan kafirnya mayoritas para sahabat mengandung tiga kemungkinan.

Pertama : Allah adalah Jahil, sehingga memuji para sahabat dengan pujian yang luar biasa dalam Al-Qur'an yang akan dibaca oleh kaum muslimin hingga hari kiamat kelak, padahal mereka para sahabat akan murtad. Namun Allah tidak mengetahui akan kemurtadan mereka sehingga memuji para sahabat.

Kedua : Allah telah mengetahui bahwasanya para sahabat akan murtad, akan tetapi Allah tetap saja memuji mereka. Ini menunjukan Allah telah melakukan perkara yang sia-sia tanpa faedah. Apa faedah Allah memuji suatu kaum yang akan murtad??

Ketiga : Jika Allah telah mengetahui para sahabat akan murtad lantas tetap memuji mereka bukankah ini berarti Allah menghendaki hamba-hambanya sesat sebagaimana para sahabat??!!


KEEMPAT : Keyakinan busuk ini juga mencela hikmah Allah yang telah memilih kaum yang akan murtad menjadi para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Nabi menikah dengan Aisyah putri Abu Bakar dan juga Hafsoh putri Umar bin Al-Khotthoob. Serta Nabi menikahkan kedua putrinya (Ruqoyyah dan Ummu Kaltsuum) dengan Utsmaan bin 'Affaan. Bagaimana bisa kok Allah menjadikan para sahabat, para penolong Nabi dan juga sebagai keluarga Nabi dari kaum yang akan murtad??!!


KELIMA : Keyakinan busuk ini melazimkan pencelaan terhadap syari'at Islam. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah berjuang dengan keras selama 23 tahun untuk mendidik para sahabat agar menjadi masyarakat tauladan. Akan tetapi kaum syi'ah rofidhoh menyatakan bahwa perjuangan Nabi untuk mentarbiah para sahabatnya selama kurang lebih 23 tahun adalah perjuangan yang sia-sia. Tidak ada yang berhasil Nabi didik kecuali sekitar 4 orang atau kurang dari 10 orang. Adapun ratusan para sahabat yang lain semuanya langsung murtad begitu wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Hal ini melazimkan perkara yang sangat fatal, yaitu timbulnya keputusasaan untuk membina umat manusia dengan syari'at Islam. Jika syari'at yang dibawa bahkan dipraktekan oleh manusia terbaik (yaitu Nabi) dengan bentuk praktek tarbiyah/mendidik yang terbaik dengan waktu yang puluhan tahun itupun tidak bisa mendidik dan menciptakan suatu generasi yang sholeh…bahkan menimbulkan generasi yang murtad…??!! ini menunjukkan bahwa manhaj/syari'at Islam tidak mampu untuk mentarbiyah/mendidik umat manusia.


KEENAM : Hal ini juga menimbulnya keraguan akan kenabian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena jika sang pembawa Risalah dengan bimbingan Allah dalam waktu yang lama tidak mampu mendidik suatu kaum maka sangatlah diragukan kenabiannya.

Kalau memang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam benar dalam pengakuannya sebagai Nabi tentunya dakwahnya akan memberikan pengaruh kepada masyarakat/kaum yang ia dakwahi. Tentunya kaum yang dia dakwahi akan menerima dakwahnya dengan sepenuh hati. Akan tetapi kenyataannya malah mereka menjadi murtad??, masyarakat yang ia dakwahi tidak bisa mengambil manfaat darinya. Lantas bagaimana mungkin ia diutus sebagai rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi seluruh alam)??!! (silahkan rujuk risalah I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fi As-Shohaabah karya DR Al-Wuhaibi, hal 42-45)

Imam Malik berkata

إنما هؤلاءِ أقوامٌ أرادوا القدحَ في النبيِّ صلى الله عليه وسلم فلَمْ يُمكنهم ذلك , فقدَحُوا في أصحابه حتى يُقال : رجلُ سوءٍ ، ولو كانَ رجلاً صالحاً لكانَ أصحابهُ صالحين

"Sesungguhnya mereka adalah kaum yang ingin mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi hal itu tidak memungkinkan mereka, maka merekapun mencela para sahabat Nabi, agar dikatakan : Muhammad adalah seorang lelaki yang buruk, kalau seandainya ia adalah seorang lelaki yang sholeh tentunya para sahabatnya juga kaum yang sholeh" (Risaalah fi sabb As-Shohaabah hal 47)


KETUJUH : Tatkala kaum agama Syi'ah Roofidoh mengkafirkan Ummul Mukminin Aisyah, bahkan menyatakannya sebagai wanita pezina maka hal ini sesungguhnya merupakan celaan keras bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai sang suami. Allah telah berfirman

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٢٦)

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)" (QS An-Nuur : 26)

Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa wanita-wanita keji (pezina) hanyalah buat para lelaki pezina pula. Menuduh Aisyah sebagai wanita kafir bahkan pezina sangatlah menyakitkan hati Rasulullah sebagai seorang suami. Bahkan terkadang lebih menyakitkan bagi seorang suami jika istrinya dikatakan pezina daripada dirinya sendiri yang dituduh berzina, karena hal ini melazimkan bahwasanya seorang suami telah rela dan betah tinggal bahkan seranjang dengan seorang pezina !!!.

Karenanya tatkala terjadi peristiwa al-ifk (yaitu dituduhnya Aisyah berzina dengan Shofwan bin Mu'atthol As-Sulami) maka Nabipun sangat tersakiti, sampai-sampai beliaupun mengeluhkan hal tersebut kepada para sahabat. Beliau berkata:

مَنْ يَعْذُرُنِي مِنْ رَجُلٍ قَدْ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهْل بَيْتِي؟

"Siapakah yang menolongku untuk membalas yang telah menyakiti ahli baiti (istriku)?"
 (HR Al-Bukhari no 4750 dan Muslim no 2770, lihat syarah hadits ini di Fathul Baari 8/470)

Maka berkatalah Sa'ad bin Mu'aadz radhiallahu 'anhu pun berdiri dan berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ : أَنَا وَاللهِ أَعْذُرُكَ مِنْهُ إِنْ كَانَ مِنَ الأَوْسِ ضَرَبْنَا عُنُقَهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ إِخْوَانِنَا مِنَ الْخَزْرَجِ أَمَرْتَنَا فَفَعَلْنَا فِيْهِ أَمْرَكَ

"Wahai Rasulullah, demi Allah saya yang akan menolongmu terhadap orang tersebut, jika dia dari suku Al-Aus maka kami akan memenggal lehernya, dan jika ia berasal dari saudara-saudara kami suku Al-Kozroj maka silahkan perintahkan kepada kami apa yang harus kami lakukan padanya maka kami akan menjalankan perintahmu"

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingkari perkataan S'ad bin Mu'adz yang sangat menggebu-gebu ini.


KEDELAPAN : Mengkafirkan para sahabat mulia seperti Abu Bakar dan Umar sesungguhnya merupakan celaan kepada Ali Bin Abi Thoolih radhiallahu 'anhu. Hal ini nampak dari beberapa sisi :

Pertama : Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu menamakan beberapa putranya dengan nama-nama sahabat, yang menunjukkan kecintaan Ali kepada mereka.

Nama merupakan perkara yang penting, karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan sebagian sahabat untuk merubah nama-nama mereka yang mengandung makna yang buruk. Terlebih lagi nama seorang anak sangatlah bermakna bagi orang tuanya. Orang tua akan berusaha memilihkan nama yang baik bagi anaknya. Bahkan dari nama seorang anak kita akan tahu pola berfikir atau aliran yang dianut oleh sang ayah, karena kerap kali sang ayah memberi nama anaknya dengan nama tokoh yang ia kagumi. Jika sang ayah sedang gandrung pada seorang artis maka iapun menamakan anaknya dengan nama artis tersebut, jika sang ayah sedang gandrung dan kagum dengan salah seorang tokoh agama maka iapun menamakan sang anak dengan nama tokoh tersebut. Tidak ada sejarahnya seorang ayah menamakan anaknya dengan nama tokoh yang ia benci dan ia laknati. Karenanya tidak seorangpun dari Yahudi dan Nasrani yang menamakan anaknya dengan nama Muhammad, karena kebencian mereka kepada Muhammad. Dan tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang menamakan anaknya dengan nama Abu Jahl, atau Abu Lahab, atau Fir'aun…karena kebencian kaum muslimin kepada mereka.

Ternyata….Ali bin Abi Thoolib radhiallahu 'anhu memiliki anak-anak yang bernama Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin Ali, hal ini tentunya karena begitu cintanya beliau kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman maka. Ketiga putra beliau tersebut termasuk orang-orang yang meninggal tatkala peristiwa karbala bersama saudara mereka yang terbunuh Al-Husain bin Ali radhiallahu 'anhumaa.

Demikian pula ternyata Al-Hasan bin Ali telah menamakan sebagian anak-anaknya dengan nama Abu Bakr, Umar, dan Tolhah. Yang ketiga putranya tersebut juga terbunuh dalam peristiwa karbala.

Demikian pula halnya dengan Al-Husain beliau memiliki seorang putra yang bernama Umar.

Demikian pula halnya dengan Ali bin Al-Husain bin Ali telah menamakan putrinya dengan nama Aisyah, serta menamakan salah seorang putranya dengan nama Umar !!! 

Kedua : Ali menikahkan putrinya Ummu Kaltsum dengan Umar bin Al-Khottoob, maka apakah Ali menikahkan putrinya dengan seorang toghuut…sungguh ini merupakan perbuatan seorang ayah yang tidak tahu diri bahkan menjerumuskan putrinya pada kesesatan bahkan kekafiran !!!.

Jika kita memiliki seorang putri maka apakah kita akan rela menikahkannya untuk hidup bersama bahkan seranjang dengan seorang fasiq dan mujrim??, apalagi dengan seorang kafir yang mujrim??!!. Lantas jika Umar bin Al-Khottoob adalah seorang kafir murtad yang mujrim maka kenapa begitu teganya Ali menikahkan putrinya dengan Umar??!!. Bukankah Ali mengetahui bahwa tidak boleh seorang wanita muslimah menikah dengan seorang lelaki dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani)??, apalagi dengan seorang lelaki yang murtad ??!!! Ataukah Ali menikahkan putrinya karena takut kepada Umar?? Ini merupakan celaan terhadap keberanian Ali yang sangat masyhuur. (Lihat pembahasan tentang dua poin di atas yang telah diakui oleh para ulama syi'ah sendiri dalam risalah Ruhamaa'u Bainahum karya Sholeh bin Abdillah Ad-Darwiisy)

Ketiga : Ali sangatlah terkenal pemberani…, lantas bagaimana bisa beliau selama berpuluh-puluh tahun (sejak masa pemerintahan Abu Bakar hingga berakhir pemerintahan Utsman bin 'Affaan) hanyalah berdiam diri, tidak menjelaskan kepada umat bahwasanya beliaulah yang berhak yang menjadi khalifah setelah wafatnya Nabi !!!, kenapa beliau pula tidak berani berucap satu patah katapun untuk menjelaskan kepada umat bahwasanya Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah orang-orang kafir !!!, kenapa beliau berdiam diri membiarkan kaum muslimin dipimpin oleh orang-orang kafir??!!, sungguh ini benar-benar menunjukkan sikap pengecut yang luar biasa pada diri Ali !!!.

Keempat : Bahkan Ali akhirnya membaiat Abu Bakar radhiallahu 'anhu. Jika memang Abu Bakar kafir maka tentunya sikap Ali adalah pengkhianatan dan penipuan terhadap umat karena ia telah membaiat seorang kafir !!!


KESEMBILAN : Jika Mu'aawiyah adalah kafir (bahkan termasuk manusia yang paling kafir menurut syi'ah) maka sikap Al-Hasan yang menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Mu'aawiyah yang kafir merupakan bentuk pengkhianatan terbesar dalam sejarah terhadap Islam dan kaum muslimin. Maka ini jelas pencelaan yang besar kepada Al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhumaa.


KESEPULUH : Karena kebencian Syiah dan pengkafiran mereka kepada Utsaman bin Afaan maka sebagian ulama besar syi'ah mengingkari bahwa kedua istri Utsman (Ruqooyah dan Ummu Kultsuum) adalah putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mengatakan bahwa Ummu Kaltsuum dan Ruqoyyah adalah putri-putri Khodijah dari suami sebelum menikah dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan sebagian ulama syi'ah meragukan adanya dua putri Nabi yang bernama Ruqoyyah dan ummu Kaltsuum. Semua ini akibat kebencian dan pengkafiran mereka terhadap Utsman bin 'Affaan sehingga akhirnya mereka mencela Ahlul Bait putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Untuk melihat nukilan-nukilan perkataan para ulama syi'ah silahkan melihat kitab Al-Aqidah fi Ahlil Bait, karya DR Sulaiman As-Suhaimi, 2/527-530)



PENUTUP :

Wahai kaum syi'ah…renungkanlah…apakah para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar yang :

-         Telah rela hidup susah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan penuh intimidasi dari kaum kufar Quraisy tatkala mereka di Mekah…

-         Telah rela mengorbankan seluruh hartanya…

-         Telah rela meninggalkan kampung halamannya…

-         Abu Bakar telah rela menemani perjalanan hijroh Nabi yang terancam dengan kematian…

-         Telah rela ikut berperang dalam banyak peperangan demi untuk membela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…

Namun begitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dan mereka telah hidup di masa kejayaan Islam lantas kemudian mereka murtad???.

Ustadz Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Subscribe to receive free email updates:

Faedah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah tentang Terorisme, Demokrasi, Daulah Islamiyyah, Wahabisme, Jihad Islam, Solusi, Golongan yang Selamat dan Penjelasan tentang apa itu Salafi/salafy.

Terorisme

  1. Baca Tempatmu Sebelum Engkau Meledakkan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaary
  2. Terorisme dalam Timbangan Syariat Islam, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  3. Membongkar Teroris Berkedok Islam, oleh Syaikh Musa alu Nasr
  4. Islam Membawa Kedamaian Bukan Teror, oleh Ustadz Dzkulkarnain
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah Ahlus Sunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Islam Anti Teroris, oleh Ustadz Abu Qotadah
  7. Hukum Bom Bunuh Diri, oleh Ustadz Badrusalam
  8. Islam bukan Teroris, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  9. Jihad dan Terorisme, oleh Markaz Albani
  10. Neo Khawarij, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  11. Terorisme dan Jihad, oleh Ustadz Abu Haidar
  12. Membongkar Akar Kesesatan Teroris, oleh Ustadz Abdurahman Thoyyib
  13. Tanya Jawab Tentang Terorisme, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  14. Apakah Teroris dan Bom Bunuh diri Itu Termasuk Dosa Besar, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Jihad

  1. Apa Makna Jihad dan Apakah Menafkahi Keluarga Termasuk Jihad? oleh Ustadz Zainal Abidin
  2. Kedudukan Jihad, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Hukum dan Kaidah Jihad, oleh Ustadz Ali Musri
  4. Meluruskan Pemahaman Jihad, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Wahabisme

  1. Apa itu Wahabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Sejarah Wahhabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Meluruskan Sejarah Wahhabi oleh Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawy
  4. Apa Itu Wahabi, oleh Ustadz Dr. Ali Musri, MA
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah AhlusSunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Pro Kontra Dakwah Wahhabi, oleh Ustadz Badrusalam
  7. E-Book The Wahhabi Myth – Menyingkap Mitos Wahhabi, Penulis : Haneef James Oliver

Demokrasi dan Daulah Islamiyyah

  1. Hukum Demokrasi dan Seputar Daulah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  2. Haruskah tinggalkan Demokrasi, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Masalah Pemilu oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
  4. Manhaj Ahlussunnah Dalam Berinteraksi Dengan Penguasa, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Solusi Untuk Kejayaan Ummat

  1. Meraih Kembali Kejayaan Islam, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Menyongsong Kejayaan Ummat Islam, oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Solusi Menghadapi Fitnah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  4. Jalan Meraih Kemuliaan, oleh Ustadz Abu Haidar
  5. Tasfiyah Wa Tarbiyah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Jalan Kebenaran Hanyalah Satu

  1. Jalan Golongan yang Selamat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Golongan Selamat (Firqotun Najiyah), oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Hanya yang Mengikuti Jalan Hidup Nabi dan Sahabat yang Benar, Merekalah yang Pantas Masuk Surga, oleh Ustadz Abdul Haq

Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Golongan yang Mendapat Pertolongan

  1. Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Aqidah Ahlussunnah & Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Pengertian dan Makna As Sunnah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Gigitlah Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  5. Hakikat Manhaj Ahlussunnah Wal Jamah, oleh Ustadz Firdaus Sanusi
  6. Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  7. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  8. Karakteristik Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Arif Syarifuddin

Apa itu Salafi/Salaf/Salafy

  1. Salaf itu Apa ? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  2. Arti salaf dan kewajiban mengikutinya, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Apakah salafi golongan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  4. 6 Pilar Dakwah Salafiyah, oleh Ustadz Abu Qotadah
  5. Mengapa Memilih Manhaj Salaf oleh Ustadz Aunur Rafiq
  6. Mengapa Harus Manhaj Salaf, oleh Ustadz Abu Haidar
  7. Mengenal Salafiyyah Dari Dekat, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  8. Benarkah Salafiyiin itu Anti Persatuan, oleh Ustadz Yazid Jawas
  9. Apa yang Dimaksud Salafiyah itu Bagaimana ciri-cirinya dan Wajibkah Mengikutinya
  10. Buku Putih Dakwah Salafiah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  11. Manhaj Salaf oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  12. Membantah Tuduhan Terhadap Subhat Salaf, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  13. Syubhat Buku Beda Salaf dengan Salafy, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Pengajian Agama untuk Pemula

Ceramah-ceramah MP3 pendidikan agama Islam yang berguna bagi pemula yang ingin mendalami Agama Islam secara benar sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

Tauhid – Aqidah

  1. Apa Itu Islam, Iman dan Ihsan, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Kalimat Tauhid La Illaha Illallah, Ustadz Abdurrahman Thayyib
  3. Tauhid Pemula, Ustadz Agus Hasan Bashori
  4. Makna Syahadat, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  5. Dasar – Dasar Aqidah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  6. Cara Mudah Memahami Tauhid, oleh Ustadz Abu Qatadah
  7. Kiat Ikhlas, oleh Ustadz Abdullah Taslim, MA
  8. Dimana Allah? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  9. Tiga Landasan Utama, oleh Ustadz Yazid Jawas
  10. Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Keimanan

  1. Cabang-Cabang Keimanan, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  2. Iman Bertambah dan Berkurang, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Zainal Abidin Syamsudin
  4. Mencintai Keimanan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaari
  5. Mengamalkan Rukun Islam dan Iman, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  6. Pembatal Keimanan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  7. Sebab-sebab Naik dan Turunnya Keimanan seorang Hamba, oleh Ustadz Abu Qotadah
  8. Sebab-Sebab Turunnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  9. Sebab-Sebab Bertambahnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  10. Terapi Mengatasi Lemah Iman, oleh Ustadz Abu Haidar

Rukun Iman

  1. Penjelasan Rukun Iman, oleh Ustadz Abu Haidar
  2. Iman Kepada Allah, Ustadz Yazid Jawas
  3. Iman Kepada Allah dan Hikmahnya, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Iman Kepada para Rosul, oleh Ustadz Yazid Jawas
  5. Iman Kepada Malaikat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  6. Iman kepada Hari Akhir, oleh Ustadz Yazid Jawas
  7. Iman Kepada Hari Kiamat, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  8. Iman Kepada Takdir Yang Baik dan Buruk, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  9. Iman Kepada Takdir, oleh Ustadz Abu Haidar
  10. Rukun Iman (Syarah Ushul Iman), oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Sunnah

  1. Adab Menjaga Sunnah, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaa’ah, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  3. Nikmatnya Belajar Ilmu Sunnah, oleh Ustadz Abdullah Taslim

Fiqih

  1. Perlukah Kita Bermadzhab? oleh Ustadz Musyaffa’ Ad-Dariny
  2. Sifat Wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Abu Qotadah
  3. Sifat Sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Dzulkarnaen

Pentingnya Ilmu Agama

  1. Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  2. Keutamaan Mempelajari Ilmu Agama, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Keutamaan Ilmu, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  4. Bingkisan Bagi Perindu Surga, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  5. Indahnya Taman Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  6. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  7. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  8. Keutamaan Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya, oleh Ustadz Abu Haidar
  9. Kobarkan Semangat Menuntut Ilmu di Hatimu, oleh Ustadz Abu Isa
  10. Ilmu, oleh Ustadz Abu Haidar
  11. Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  12. Adab Menuntut Ilmu, oleh Abdurahman Thayib
  13. Adab-adab Dalam Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Muhammad Nur Ihsan
  14. Ciri-Ciri Ilmu yg Bermanfaat, oleh Ustadz Abu Ihsan al-Atsary
  15. Ilmu & Dajjal, oleh Ustadz Armen Halim Naro
  16. Faedah 6 Syarat Memperoleh Ilmu, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  17. Ilmu Syari Penangkal Aliran Sesat, oleh Ustadz Ali Nur
  18. Ilmu, Amal, Dakwah & Istiqomah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  19. Islam Dibangun Diatas Ilmu, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  20. Jangan Bosan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  21. Keagungan Ilmu dan Alquran, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  22. Keutamaan Dakwah diatas Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  23. Nasihat Bagi Penuntut Ilmu dan Pemuda, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  24. Pentingnya Mengamalkan Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja

Takdir

  1. Beriman dengan Takdir Allah, oleh Ustadz Abdurahman Thayyib
  2. Iman Kapada Takdir, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr

Dosa dan Maksiat

  1. Dosa dan Dampak Negatifnya, oleh Ustadz Abu Umar Basyier
  2. Dosa-dosa besar, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Kiat-kiat menjaga diri dari gangguan syaitan, oleh Ustadz Arman Bin Amri

Muamalah

  1. Arti dan Konsekuensi Amanat, oleh Ustadz Agus Hasan Bashori
  2. Menggapai Surga dengan Akhlaq Mulia, oleh Ustadz Abu Qatadah

Kehidupan Akhirat

  1. Dzikrul Maut (mengingat kematian), oleh Ustadz Qurtifa Wijaya
  2. Rintangan setelah kematian, oleh Ustadz Zaenal Abidin Syamsudin
  3. Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka, oleh Ustadz Yazid Jawas