Akibat Perbuatan Maksiat

Ketika Kemaksiatan Begitu Mudah


Saat ini, keberadaan maksiat dipandang sebagai sebuah tradisi yang wajar. Bahkan dianggap kebutuhan pokok oleh sekelompok orang. Walhasil, pancaindera kita pun akrab dengan pelbagai bentuk kemaksiatan. Mulai dari yang kecil hingga yang serius. Padahal Islam mengajarkan, maksiat betapa pun kecil dan remeh bentuknya akan membawa dampak negatif bagi kehidupan pribadi pelakunya dan masyarakat. Tak hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia.
 
Mungkin seorang yang bermaksiat mendapatkan kesenangan saat melakukan kemaksiatan itu. Mungkin juga ia mendapatkan kenikmatan yang dirasakan ketika tengah berkubang dalam kemaksiatan tersebut. Namun, kesenangan yang dirasakannya itu hanyalah kesenangan yang menipu.

Kenikmatan yang dirasakan itu tak lain adalah kenikmatan palsu. Semua itu karena pelaku maksiat tersebut hanya akan membuat murka Allah, Dzat yang telah menciptakan dirinya. Sekaligus menantang permusuhan kepada-Nya. Pelaku maksiat juga telah menyerobot sesuatu yang bukan menjadi hak dia untuk dikerjakan. Sehingga, bagaimana mungkin dia bisa hidup dengan damai? Dan bagaimana jiwanya bisa tenang? Sedangkan Allah 
سبحانه وتعلى  berfirman di dalam Al-Qur’an, artinya:

"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." (QS. An-Nisa: 14).

PENYEBAB UTAMA KEMAKSIATAN
   

Imam Ibnu Qayyim mengatakan
, “Penyebab utama timbulnya semua kemaksiatan baik yang besar maupun yang kecil ada tiga, yaitu:

1. Keterkaitan hati kepada selain Allah.

2. Menuruti dorongan amarah.
3. Menuruti dorongan syahwat.

dan ketiga Kemaksiatan tersebut terwujud dalam perbuatan syirik, kezhaliman dan perbuatan-perbuatan keji.

Bentuk keterkaitan hati kepada selain Allah cabang-cabangnya begitu banyak dan tingkatan tertinggi di cabang tersebut ialah syirik serta mengakui keberadaan ilah selain Allah. Sedangkan bentuk menuruti dorongan amarah juga memiliki cabang-cabang di antaranya membunuh jiwa yang diharamkan Allah, inilah cabang tertinggi. Dan bentuk menuruti dorongan syahwat yang tertinggi dalam cabang-cabangnya ialah melakukan perbuatan zina. Oleh karena itulah Allah    mengumpulkan ketiganya dalam firman-Nya:

"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,…" (QS. Al-Furqan: 68).

Ketiga perbuatan di atas saling tarik menarik. Syirk menarik seseorang kepada kezhaliman dan perbuatan keji, sebagaimana ikhlas dan tauhid akan menjauhkan seseorang dari kezhaliman dan kekejian itu. Demikian juga kezhaliman, ia menarik seseorang pada syirik dan pebuatan keji, sebab syirik adalah puncak dari segala kezhaliman seperti yang difirmankan oleh Allah:

"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar."  (QS. Luqman: 13).

Dan perbuatan keji itu sendiri juga dapat menyeret pelakunya kepada perbuatan syirik dan kezhaliman. Ketiganya saling berkaitan, yang satu mengajak kepada yang lain. Jika perbuatan ketiga di atas ada di dalam diri seseorang  maka itu adalah akar dari kemaksiatan yang akan menjadi besar ketika seseorang itu tidak mengetahuinya.
AKIBAT MAKSIAT
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم telah memberitahukan kepada kita, bahwa perbuatan dosa dan maksiat bisa membahayakan hati seseorang. Efek ini akan semakin parah jika pelaku kemaksiatan itu makin menjadi-jadi dalam kemaksiatan, serta enggan beristighfar dan bertaubat. Sebaliknya, efek negatif ini akan semakin menyusut seiring dengan berkurangnya maksiat, disertai dengan istghfar dan taubatan nashuha.

Di hari kiamat kelak, tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari dahsyatnya hari tersebut, kecuali orang yang menghadap Rabb-nya dengan hati yang bersih dari syubhat yang menyesatkan, dan syahwat yang mencelakakan. Sebagaimana firman Allah
سبحانه وتعلى, artinya,

"Di hari harta dan anak-anak laki-laki tak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-syu’ra : 88-89).

Dan Nabi Muhammad
صلى الله عليه وسلم juga menggambarkan hati seseorang ketika melakukan kemaksiatan dan seseorang yang sering beristghfar, beliau bersabbda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ

قَلْبُه

ُ

"Sesungguhanya seorang mukmin jika melakukan sebuah dosa, maka akan tertitik di hatinya noktah hitam. Maka jika ia tidak mengulanginya lagi dan beristighfar  dan bertaubat, hatinya akan kembali putih bersih." (HR. Ahmad).

Begitulah gambaran orang-orang yang melakukan kemaksiatan, apabila seorang pelaku maksiat terus-menerus mengerjakan dosa, maka perbuatannya itu akan menutup hatinya sehigga ia tidak dapat menerima kebenaran kecuali dengan izin-Nya. Inilah yang dimaksud dengan ran (tutup) seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, artinya,

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Jadi orang-orang yang sering melakukan maksiat maka hatinya akan sulit menerima kebenaran, walaupun seluruh manusia dan jin dikumpulkan di permukaan bumi ini untuk memberikan ketenangan pada hatinya atau kebenaran maka mereka takkan sanggup. Karena hanya Allahlah yang dapat memberikan ketenangan hati kepada hamba-hamba-Nya.

Allah
سبحانه وتعلى juga mengancam dengan neraka Jahannam-Nya bagi orang-orang yang tidak mempergunakan hatinya, matanya dan telinganya dengan baik. Seperti di dalam firman-Nya, artinya,

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan menusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka itu lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raf: 179).
MAKSIAT BERALASAN TAKDIR
Pelaku maksiat ketika ditanyakan kepadanya, mengapa Anda terus-menerus melakukan kemaksiatan? Maka mereka pun berdalih, “Allah telah menakdirkanku untuk berbuat maksiat sebelum aku diciptakan bahkan sebelum langit dan bumi diciptakan bagaimana mungkin aku menghindari sesuatu yang telah ditakdirkan-Nya terjadi padaku?" Maka apa jawaban kita kepada mereka yang berdalih seperti itu?
Dengan tegas kita katakan kepadanya bahwa Al Qur’an telah menjelaskan kebatilan dalih mereka. Juga telah mematahkan anggapan dan pemahaman keliru mereka, serta menerangkan bahwa semua itu tidak ada gunanya bagi mereka pada hari kiamat kelak. Masalah takdir  adalah masalah rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Allah. Masalah takdir baru akan diketahui oleh selain-Nya setelah takdir tersebut terjadi. Lalu dari mana seorang pelaku maksiat mengetahui kalau Allah telah menakdirkannya  melakukan maksiat, sehingga ia dengan sesuka hati melakukan kemaksiatan?
Allah سبحانه وتعلى telah memuliakan manusia dengan memberikan mereka akal dan pemahaman. Dia juga telah menurunkan kitab suci dan mengutus para rasul untuk memberikan penjelasan kepada kaumnya agar mereka mudah memahami dengan benar antara yang haq dan yang batil. Tidak hanya sampai di situ, Allah سبحانه وتعلى juga menganugerahkan kepada hamba-Nya rasa iradah (kemauan) dan qudrah (kemampuan), di mana keduanya bisa ia pergunakan untuk menempuh salah satu jalan dari dua jalan yang ada.

Misalnya, ketika seseorang diperhadapkan dengan suatu masalah. Yaitu ketika seseorang ingin mengadakan suatu perjalanan ke suatu negeri, dan dia memiliki dua alternatif jalan yang bisa dilewatinya. Yang pertama, jalan yang sangat mudah lagi aman. Sedangkan jalan yang kedua, jalan yang sulit dan penuh bahaya, maka secara akal sehat pasti orang itu lebih memilih jalan yang pertama dan tidak memilih melewati jalan yang kedua. Bukankah seandainya jika dia memilih jalan yang kedua dan berdalih bahwa yang demikian sudah ditakdirkan oleh Allah terjadi padanya, tentulah orang-orang akan mengatakan kepadanya sebagai orang yang tidak memiliki “akal sehat”? Mengapa? Karena ia sudah tahu masalah tersebut sebelum ia mengerjakanya. Jadi ketika suatu kemaksiatan yang sudah diketahui dampak keburukannya bagi seseorang, mengapa masih dikerjakan?

Sebenarnya persoalan ini sudah jelas titik terangnya. Namun hawa nafsu pelaku maksiat itulah yang membutakan dan menulikan jiwanya. Dan dalih yang dipakai oleh si pelaku maksiat untuk membenarkan maksiatnya kepada Allah itu tidak bisa dibenarkan, karena ia melakukan kemaksiatan itu dengan sengaja. Ia sebenarnya tidak tahu apakah hal tersebut telah ditakdirkan oleh Allah terjadi pada dirinya. Sebab memang tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui hal itu kecuali Allah, atau hal itu benar-benar telah terjadi. Sebagai mana firman-Nya,

"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok…" (QS. Luqman: 34).

Jika demikian halnya, maka bagaimana mungkin bisa dibenarkan seseorang yang berdalih dengan hal-hal yang tidak diketahuinya ketika ia telah melakukan maksiat, kemudian menginginkan dispensasi untuk maksiatnya tersebut?

TAUBAT SEBELUM AJAL
Iblis telah dilaknat dan diturunkan dari tempat kediamannya yang penuh kemulian hanya karena dia tidak mengerjakan satu sujud yang diperintahkan kepadanya. Nabi Adam  Alaihissalam telah dikeluarkan dari surga hanya disebabkan oleh sesuap makanan. Maka janganlah seseorang merasa aman bila kelak Allah memasukkan dirinya ke dalam neraka hanya karena satu maksiat yang telah kita lakukannya. Sebagaimana firman-Nya, artinya,

"Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu." (QS. Asy-Syams: 15).

Kehidupan seseorang memang tergantung kepada amalan akhir yang diperbuatnya. Siapa saja yang shalat kemudian berhadats sesaat sebelum salam, maka shalatnya secara keseluruhan menjadi batal. Begitu juga orang yang di akhir kehidupannya dia melakukan dosa sesaat sebelum matinya, maka dia akan bertemu dengan Allah dengan keseluruhan usianya yang tidak mendatangkan manfaat baginya. Maka adakah orang yang mengetahui akhir kehidupannya? Jika memang tidak ada, maka apalagi yang kita tunggu? Marilah kita segera bertaubat dengan taubat yang sungguh-sungguh kepada-Nya.Wallahu'alam.

Subscribe to receive free email updates:

Faedah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah

Kumpulan ceramah MP3 kajian ilmiah tentang Terorisme, Demokrasi, Daulah Islamiyyah, Wahabisme, Jihad Islam, Solusi, Golongan yang Selamat dan Penjelasan tentang apa itu Salafi/salafy.

Terorisme

  1. Baca Tempatmu Sebelum Engkau Meledakkan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaary
  2. Terorisme dalam Timbangan Syariat Islam, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  3. Membongkar Teroris Berkedok Islam, oleh Syaikh Musa alu Nasr
  4. Islam Membawa Kedamaian Bukan Teror, oleh Ustadz Dzkulkarnain
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah Ahlus Sunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Islam Anti Teroris, oleh Ustadz Abu Qotadah
  7. Hukum Bom Bunuh Diri, oleh Ustadz Badrusalam
  8. Islam bukan Teroris, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  9. Jihad dan Terorisme, oleh Markaz Albani
  10. Neo Khawarij, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  11. Terorisme dan Jihad, oleh Ustadz Abu Haidar
  12. Membongkar Akar Kesesatan Teroris, oleh Ustadz Abdurahman Thoyyib
  13. Tanya Jawab Tentang Terorisme, oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda
  14. Apakah Teroris dan Bom Bunuh diri Itu Termasuk Dosa Besar, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Jihad

  1. Apa Makna Jihad dan Apakah Menafkahi Keluarga Termasuk Jihad? oleh Ustadz Zainal Abidin
  2. Kedudukan Jihad, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Hukum dan Kaidah Jihad, oleh Ustadz Ali Musri
  4. Meluruskan Pemahaman Jihad, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Wahabisme

  1. Apa itu Wahabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Sejarah Wahhabi, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Meluruskan Sejarah Wahhabi oleh Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawy
  4. Apa Itu Wahabi, oleh Ustadz Dr. Ali Musri, MA
  5. Menyingkap Syubhat Terorisme dan Wahabisme Terhadap Dakwah AhlusSunnah, oleh Ustadz Abu Qatadah
  6. Pro Kontra Dakwah Wahhabi, oleh Ustadz Badrusalam
  7. E-Book The Wahhabi Myth – Menyingkap Mitos Wahhabi, Penulis : Haneef James Oliver

Demokrasi dan Daulah Islamiyyah

  1. Hukum Demokrasi dan Seputar Daulah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  2. Haruskah tinggalkan Demokrasi, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Masalah Pemilu oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
  4. Manhaj Ahlussunnah Dalam Berinteraksi Dengan Penguasa, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Solusi Untuk Kejayaan Ummat

  1. Meraih Kembali Kejayaan Islam, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  2. Menyongsong Kejayaan Ummat Islam, oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Solusi Menghadapi Fitnah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  4. Jalan Meraih Kemuliaan, oleh Ustadz Abu Haidar
  5. Tasfiyah Wa Tarbiyah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Jalan Kebenaran Hanyalah Satu

  1. Jalan Golongan yang Selamat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Golongan Selamat (Firqotun Najiyah), oleh Ustadz Abu Qatadah
  3. Hanya yang Mengikuti Jalan Hidup Nabi dan Sahabat yang Benar, Merekalah yang Pantas Masuk Surga, oleh Ustadz Abdul Haq

Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Golongan yang Mendapat Pertolongan

  1. Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  2. Aqidah Ahlussunnah & Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  3. Pengertian dan Makna As Sunnah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Gigitlah Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  5. Hakikat Manhaj Ahlussunnah Wal Jamah, oleh Ustadz Firdaus Sanusi
  6. Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  7. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  8. Karakteristik Ahlus Sunnah Wal Jamaah, oleh Ustadz Arif Syarifuddin

Apa itu Salafi/Salaf/Salafy

  1. Salaf itu Apa ? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  2. Arti salaf dan kewajiban mengikutinya, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  3. Apakah salafi golongan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  4. 6 Pilar Dakwah Salafiyah, oleh Ustadz Abu Qotadah
  5. Mengapa Memilih Manhaj Salaf oleh Ustadz Aunur Rafiq
  6. Mengapa Harus Manhaj Salaf, oleh Ustadz Abu Haidar
  7. Mengenal Salafiyyah Dari Dekat, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  8. Benarkah Salafiyiin itu Anti Persatuan, oleh Ustadz Yazid Jawas
  9. Apa yang Dimaksud Salafiyah itu Bagaimana ciri-cirinya dan Wajibkah Mengikutinya
  10. Buku Putih Dakwah Salafiah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  11. Manhaj Salaf oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  12. Membantah Tuduhan Terhadap Subhat Salaf, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  13. Syubhat Buku Beda Salaf dengan Salafy, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Pengajian Agama untuk Pemula

Ceramah-ceramah MP3 pendidikan agama Islam yang berguna bagi pemula yang ingin mendalami Agama Islam secara benar sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

Tauhid – Aqidah

  1. Apa Itu Islam, Iman dan Ihsan, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Kalimat Tauhid La Illaha Illallah, Ustadz Abdurrahman Thayyib
  3. Tauhid Pemula, Ustadz Agus Hasan Bashori
  4. Makna Syahadat, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  5. Dasar – Dasar Aqidah, oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin
  6. Cara Mudah Memahami Tauhid, oleh Ustadz Abu Qatadah
  7. Kiat Ikhlas, oleh Ustadz Abdullah Taslim, MA
  8. Dimana Allah? oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  9. Tiga Landasan Utama, oleh Ustadz Yazid Jawas
  10. Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Keimanan

  1. Cabang-Cabang Keimanan, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  2. Iman Bertambah dan Berkurang, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Zainal Abidin Syamsudin
  4. Mencintai Keimanan, oleh Ustadz Abu Zubair Al-Hawaari
  5. Mengamalkan Rukun Islam dan Iman, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  6. Pembatal Keimanan, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  7. Sebab-sebab Naik dan Turunnya Keimanan seorang Hamba, oleh Ustadz Abu Qotadah
  8. Sebab-Sebab Turunnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  9. Sebab-Sebab Bertambahnya Iman, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  10. Terapi Mengatasi Lemah Iman, oleh Ustadz Abu Haidar

Rukun Iman

  1. Penjelasan Rukun Iman, oleh Ustadz Abu Haidar
  2. Iman Kepada Allah, Ustadz Yazid Jawas
  3. Iman Kepada Allah dan Hikmahnya, oleh Ustadz Yazid Jawas
  4. Iman Kepada para Rosul, oleh Ustadz Yazid Jawas
  5. Iman Kepada Malaikat, oleh Ustadz Yazid Jawas
  6. Iman kepada Hari Akhir, oleh Ustadz Yazid Jawas
  7. Iman Kepada Hari Kiamat, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  8. Iman Kepada Takdir Yang Baik dan Buruk, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  9. Iman Kepada Takdir, oleh Ustadz Abu Haidar
  10. Rukun Iman (Syarah Ushul Iman), oleh Ustadz Abdullah Hadrami

Sunnah

  1. Adab Menjaga Sunnah, oleh Ustadz Armen Halim Naro, Rahimahullah
  2. Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaa’ah, oleh Ustadz Ahmad Rafi’i
  3. Nikmatnya Belajar Ilmu Sunnah, oleh Ustadz Abdullah Taslim

Fiqih

  1. Perlukah Kita Bermadzhab? oleh Ustadz Musyaffa’ Ad-Dariny
  2. Sifat Wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Abu Qotadah
  3. Sifat Sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh Ustadz Dzulkarnaen

Pentingnya Ilmu Agama

  1. Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  2. Keutamaan Mempelajari Ilmu Agama, oleh Ustadz Zainal Abidin
  3. Keutamaan Ilmu, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr
  4. Bingkisan Bagi Perindu Surga, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  5. Indahnya Taman Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  6. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  7. Keutamaan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  8. Keutamaan Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya, oleh Ustadz Abu Haidar
  9. Kobarkan Semangat Menuntut Ilmu di Hatimu, oleh Ustadz Abu Isa
  10. Ilmu, oleh Ustadz Abu Haidar
  11. Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, oleh Ustadz Yazid Jawas
  12. Adab Menuntut Ilmu, oleh Abdurahman Thayib
  13. Adab-adab Dalam Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Muhammad Nur Ihsan
  14. Ciri-Ciri Ilmu yg Bermanfaat, oleh Ustadz Abu Ihsan al-Atsary
  15. Ilmu & Dajjal, oleh Ustadz Armen Halim Naro
  16. Faedah 6 Syarat Memperoleh Ilmu, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  17. Ilmu Syari Penangkal Aliran Sesat, oleh Ustadz Ali Nur
  18. Ilmu, Amal, Dakwah & Istiqomah, oleh Ustadz Yazid Jawas
  19. Islam Dibangun Diatas Ilmu, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  20. Jangan Bosan Menuntut Ilmu, oleh Ustadz Abdullah Taslim
  21. Keagungan Ilmu dan Alquran, oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
  22. Keutamaan Dakwah diatas Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja
  23. Nasihat Bagi Penuntut Ilmu dan Pemuda, oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
  24. Pentingnya Mengamalkan Ilmu, oleh Ustadz Firanda Andirja

Takdir

  1. Beriman dengan Takdir Allah, oleh Ustadz Abdurahman Thayyib
  2. Iman Kapada Takdir, oleh Syaikh Prof DR Abdur Rozzaq Al Badr

Dosa dan Maksiat

  1. Dosa dan Dampak Negatifnya, oleh Ustadz Abu Umar Basyier
  2. Dosa-dosa besar, oleh Ustadz Yazid Jawas
  3. Kiat-kiat menjaga diri dari gangguan syaitan, oleh Ustadz Arman Bin Amri

Muamalah

  1. Arti dan Konsekuensi Amanat, oleh Ustadz Agus Hasan Bashori
  2. Menggapai Surga dengan Akhlaq Mulia, oleh Ustadz Abu Qatadah

Kehidupan Akhirat

  1. Dzikrul Maut (mengingat kematian), oleh Ustadz Qurtifa Wijaya
  2. Rintangan setelah kematian, oleh Ustadz Zaenal Abidin Syamsudin
  3. Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka, oleh Ustadz Yazid Jawas