Kategori: Manhaj
Pernahkah
terbetik pertanyaan ketika kita membaca, “Tunjukilah kami jalan
yang lurus” (QS. Al Fatihah : 6), bagaimana jalan yang lurus
itu? Itulah jalan yang telah Allah jelaskan pada ayat berikutnya,
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka …” Begitu pula dalam surat lain, “Dan
barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang telah
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi,
para shiddiqqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. An Nisaa’:
69)
Siapakah Salaf Itu?
Siapakah Salaf Itu?
Secara bahasa,
salaf artinya pendahulu dan secara istilah yang
dimaksud dengan salaf itu adalah Rasulullah dan para
sahabatnya. Ini bukan klaim tanpa bukti, jika kita cermati ayat di
atas, yang dimaksud dengan orang-orang yang telah dianugerahi
nikmat oleh Allah tidak lain adalah Rasulullah dan para
sahabatnya, generasi salaf. Nabi yang paling utama ialah
Nabi Muhammad, imamnya shiddiqin ialah Abu Bakar, imamnya
para syuhada’ ialah Hamzah bin ‘Abdil Muthalib, ‘Umar bin Al
Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin
Abi Thalib. Dan orang saleh yang paling saleh adalah seluruh sahabat
Nabi. Merekalah salaf kita, yang jalan mereka (baca: manhaj) dalam
beragama itulah yang seharusnya kita ikuti, baik dalam akidah,
muamalah maupun dakwah.
Manhaj
Salaf Adalah Jalan Kebenaran
Allah
berfirman, “Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas petunjuk baginya. dan mengikuti jalan
yang bukan jalan
orang-orang mu’min, Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya
tempat kembali” (QS. An Nisaa’:
115)
Ketika
ayat ini diturunkan, orang-orang mu’min yang dimaksud adalah para
sahabat Nabi. Bahkan Allah telah meridhai mereka dan orang-orang
sesudahnya yang mengikuti mereka serta menjanjikan untuk mereka
balasan yang besar. “Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, Allah telah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar” (QS. At Taubah: 100).
Demikianlah, Salafiyyah
adalah Islam itu sendiri yang murni dari pengaruh-pengaruh peradaban
lama dan warisan berbagai kelompok sesat. Islam yang sesuai dengan
pemahaman salaf
telah banyak dipuji oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
Manhaj
Salaf Adalah Manhaj Ahlus Sunnah
Penamaan
salaf
bukanlah suatu hal yang bid’ah.
Bahkan Rasulullah telah menegaskan saat beliau sakit mendekati
wafatnya, di mana beliau bersabda kepada putrinya, Fathimah,
“Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah, dan sesungguhnya aku adalah sebaik-baik salaf
bagimu” (HR. Muslim). Para ulama
ahlus sunnah
dulu dan sekarang banyak menggunakan istilah salaf
dalam ucapan dan kitab-kitab mereka.
Seperti contohnya ketika mereka memerangi kebid’ahan, mereka
mengatakan, “Dan setiap kebaikan itu dengan mengikuti kaum salaf,
sedangkan semua keburukan berasal dari bid’ahnya kaum kholaf
(belakangan)”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Majmu’
fatawanya bahwa tidak ada aib bagi
yang menampakkan madzhab salaf dan bernasab padanya, bahkan wajib
menerimanya secara ijma’, karena madzhab salaf itulah kebenaran.
Kembali
Kepada Manhaj Salaf, Solusi Problematika Umat
Sungguh,
kehinaan dan ketertindasan umat ini akan tercabut dengan kembalinya
umat pada agama Islam yang murni, yaitu dengan meniti manhaj
salaf.
Di tengah maraknya perpecahan umat ini di mana banyak dijumpai cara
beragama yang berbeda-beda dan saling bertentangan, maka hanya ada
satu jalan yang benar yaitu jalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah yang kemudian disebut dengan kembali
kepada pemahaman yang benar,
pemahamannya Rasulullah dan tiga generasi awal umat ini, para
sahabatnya, para tabi’in, tabi’ tabi’in, serta para pengikut
mereka yang setia dari kalangan para imam dan ulama. Tidak ada jalan
lain untuk mencari kebenaran dan ishlah
(perbaikan) yang hakiki melainkan harus kembali kepada pemahaman
salaf.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik, “Tidak akan baik
keadaan umat terakhir ini kecuali dengan apa yang menjadi baik
dengannya generasi pertama.”
Wallahu
a’lam.
***
Penulis:
Abu Yazid Nurdin
Artikel www.muslim.or.id
Artikel www.muslim.or.id